Blog ini dibuat untuk merangkum informasi tentang seni dan sesuatu yang berhubungan dengan seni
Kamis, 12 Januari 2017
Rabu, 11 Januari 2017
PROSES PEMBUATAN INSTRUMEN UKULELE (Cak – Cuk)
Dalam proses pembuatan instrument ukulele, pembuatannya sudah menggunakan teknologi mesin yang menjadikan instrumen ini telah banyak industri yang memproduksinya dengan jumlah banyak. Proses pembuatannya terbagi kedalam beberapa tahapan :
- Daftar Bahan
Untuk membuat ukulele dibutuhkan bahan dasar yang utama adalah kayu, dan peralatan mekanik lainnya seperti mesin untuk bubut dll, berikut adalah daftar nama bahan yang dibutuhkan :
1X Kayu bubut tipis ( 10cm X 20cm X 100cm )
1X Kayu bubut tebal ( 60cm X 20cm X 100cm )
1X Lembaran tipis besar papan chip
2X Tongkat (diameter = 10mm, panjang =1000mm)
4X String (senar)
14X frets
2. Membentuk lekuk kayu
Untuk membentuk kayu menjadi sebuah lekukan dengan cara dimasukkan/diletakkan ke dalam kotak uap (atau di uap kan ) pada wadah yang sudah memiliki bentuk lekuk. Atau cara lain untuk membuat kayu menjadi lembut dan fleksibel adalah dengan memasukkannya keadalam air/ direndam dengan air dalam bak sekitar semalam. Setelah kayu direndam kayu akan mudah dibentuk dengan demikian barulah kayu dapat dibentuk dengan lekukkan yang sesuai.
Wadah yang sudah mempunyai bentuk untuk membentuk lekukan
Proses membentuk lekukan
Bentuk lekukan yang sudah melalui proses perendaman dan penguapan pada kayu
3. Merakit Bentuk Tubuh
Dengan menggunakan cetakan bentuk tubuh ukulele dapat terbentuk dan neck pun bisa segera terpasang. Setelah bentuk bagian samping ukulele terbentuk barulah bagian depan tubuh (sound board) dan belakang tubuh dapat dipasang, tetapi sebelum itu dilakukan pemasangan strip kayu yang bertujuan untuk meperjelas bentuk tubuh ukulele dan memperkuat lem yang akan direkatkan.
Strip kayu yang dipasang pada sisi bagian dalam tubuh ukulele
Setelah dipasang Strip
Kemudian lubang suara pada papan suara (sound board) dan papan pada bagian blakang tubuh ukulele dilakukan perekatan dengan lem dan dipress dengan alat press.
Papan suara (sound board) yang sedang dipress
Setelah DiLem dan DiPress
4. Mengkonstruksi Neck (Leher) Ukulele
Buat garis tengah pada sisi bagian samping balok kayu untuk neck (leher) ukulele, kemudian dipotong dari 1 ½ dari ujung balik kemudian dilem ke ujung tumit neck (leher), tujuannya untuk membentuk dudukan leher pada badan ukulele nantinya.
Layout Neck (Leher)
Layout Neck
Setelah lem kering, beberapa bagian di ujung dan pangkal leher dipotong menggunakan gergaji.
Kemudian diamplas bagian-bagian Neck (Leher) untuk membuat barisan-barisan fret dan pemasangan fret. Lalu dibuat bulatan untuk penanda fret (fret Maker) dan lubang untuk tuner pada bagian kepala Neck (leher). Setelah itu dilakukan pemasangan papan fret (fret board).
5. Finishing
Pada tahap finising ini dilakukan pernis (pelindung kayu) dan pengecatan pada bagian-bagian ukulele seperti soundbox (kotak suara) dan bagian Neck (Leher). Dan juga dilakukan pemasangan brige yang sederhana, dalam pemasangan brige ada 2 (dua) jenis, brige paten dan tidak paten.
UKULELE (CAK DAN CUK)
Alat musik yang termasuk kedalam golongan Chordophone (sumber bunyinya berasal dari dawai) dan menjadi ciri khas dalam Musik Keroncong ini adalah instrumen tali petik yang berfungsi sebagai pemegang ritmis.
Ukulele Cak yang terdiri dari 4 (empat) senar yang kedua senar pada bagian atasnya saling berdempetan, dengan urutan nada g” – c” – e” – a”, Ukulele Cak berperan sebagai pengiring Ukulele Cuk yang menghasilkan suara yang bersahut-sahutan. Senar yang digunakan terbuat dari baja. Lubang resonansi pada Ukulele Cak tidak berupa satu lubang yang cukup besar seperti Ukulele Cuk, tetapi lubang resonansinya kecil-kecil dan berjumlah banyak. Ukuran Ukulele Cak sedikit lebih tipis dari Ukulele Cuk.
Ukulele Cuk, ditemukan pada tahun 1879 di Hawaii, terdiri dari 3 (senar) dengan urutan nada g” – b’ – e”, Ukulele Cuk berperan sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong, crong, crong sehingga disebut Keroncong. Senar dari bahan Nilon.
NAMA DAN ALAT MUSIK KERONCONG
Menurut para ahli musik, asal nama “Keroncong” kurang begitu jelas adanya. Ada yang berpendapat bahwa nama “Keroncong” berasal dari terjemahan bunyi alat musik semacam gitar kecil dari Polynesia yaitu Ukulele yang bertali lima. Di kemudian hari, alat Musik Keroncong ini diciptakan sendiri oleh orang-orang keturunan Portugis yang berdiam di kampung Tugu, dan hanya bertali empat. Dan musik yang dinamakan orang “Musik Keroncong”. Istilah ini termasuk juga jenis dan gaya lagu yang dipertunjukkan oleh Musik Keroncong ini. Pendapat lain mengatakan bahwa “Keroncong” berasal dari bahasa Portugis itu sendiri.
Pada kenyataannya, asal kata “Keroncong” sangat kabur dengan adanya beberapa pendapat yang berlainan. Dari penulis (Harmunah) sendiri berkesimpulan bahwa dari pendapat-pendapat diatas yang paling dekat dengan arti kata “Keroncong” adalah terjemahan bunyi dari alat musik Ukulele yang dimainkan secara Arpegio (Rasqueado-Spanyol), dan menimbulkan bunyi: crong, crong, crong, yang pada akhirnya menimbulkan istilah “Keroncong”.
Perkembangan Musik Keroncong dalam kurun waktu kurang lebih seratus tahun, telah mengalami banyak perkembangan. Saat ini dapat diketahui bahwa terdapat Musik Keroncong dalam berbagai jenis dan pendekatan bentuk lagu, teknik permainan, dan aransemen musiknya yang menjadi beraneka macam, juga dalam kelengkapan instrumen yang saat ini digunakan dalam Musik Keroncong adalah Ukulele Cuk, Ukulele Cak, Gitar Akustik, Biola, Flute, Cello, dan Bass. Seperti yang ditulis Harmunah (1996:9) tentang instrumen yang digunakan dalam Musik Keroncong dalam bukunya yang berjudul “Musik Keroncong”:
Instrumen yang dipergunakan dalam Musik Keroncong ini ditekankan pada alat-alat musik berdawai yang aslinya dari Eropa, yaitu sepasang Keroncong (cak-cuk) , satu sampai tiga buah Gitar dan satu Cello dan sebuah Mandolin. Lebih lanjut dipadukan dengan satu atau dua buah Biola, sebuah Seruling dan alat-alat perkusi kecil seperti Triangle dan Tambourine.
Dalam penulisan tugas dari mata kuliah Organologi Akustika II, saya tidak akan membahas semua alat musik yang disebutkan di atas yang termasuk kedalam ansambel Keroncong. Ukulele Cak dan Ukulele Cuk-lah yang akan menjadi pembahasan dalam tugas mata kuliah Organologi Akustika II ini.
KERONCONG TUGU
Kisahnya berawal saat jatuhnya Malaka dari kekuasaan Portugis ke tangan Belanda pada tahun 1648. Orang-orang Portugal yang umumnya tentara keturunan berkulit hitam dari Bengali, Malabar, dan Goa ditawan dan kemudian dibawa ke Batavia. Sekitar tahun 1661 mereka dibebaskan, kemudian dimukimkan di rawa-rawa sekitar Cilincing, yang sekarang disebut Kampung Tugu. Komunitas yang mempertahankan bahasa dan kebudayaan Portugis ini awalnya menjadi sedemikian ekslusif. Bahkan menempati jabatan-jabatan rendah di pemerintahan yang waktu itu tentu tertutup untuk pribumi.
Pihak Belanda memaksakan agama serta nama-nama keluarga yang baru kepada mereka. Namun Musik Portugis dan kesadaran akan darah Portugis tetap hidup. Dari sinilah dendang Keroncong Tugu ditabuh. Selama abad ke-18 dan 19, komunitas Tugu mempunyai pengaruh kultural yang relatif kuat di Jakarta. Merekalah yang mempopulerkan “Kroncong Mourisko” (Mourisco dalam bahasa Portugis berarti “berasal dari orang Moro”) yang ritme dasarnya dijadikan latar belakang sebagian musik modern Indonesia. Seperti halnya Keroncong lama “Nina Bobo” yang sejak dahulu dinyanyikan oleh banyak orang. “Nina” berasal dari bahasa Portugis “Menina” yang berarti anak gadis kecil.Pada masa kemerdekaan, komunitas ini terpecah dan sebagian menyebar ke beberapa daerah. Hal ini disebabkan karena kedekatan mereka dengan pihak Belanda yang tentunya pada waktu itu sangat dibenci. Satu kelompok (26 keluarga) berangkat ke Belanda dan kelompok lain (19 keluarga) pindah ke Bandung dan Irian Jaya.Samuel Quiko, 60 tahun, adalah salah satu bagian keluarga besar fam Quiko yang masih tinggal di Kampung Tugu dan memimpin Musik Keroncong Cafrinho Tugu. Sebagai generasi ke-7 Keroncong Tugu usahanya tak kenal lelah untuk terus menghidupkan kesenian ini.Tiga hal yang bertahan dalam tradisi Keroncong Tugu, yaitu alat musik, lagu-lagu (repertoar), dan kostum pemainnya. Alat musiknya masih tetap seperti tiga abad yang lalu, yakni Keroncong, Biola, Ukulele dengan lima senar, Banyo, Gitar, Rebana Kempul, dan Cello. Lagu-lagu yang tidak pernah ditinggalkan adalah lagu-lagu lama seperti: Kaparinyo, Moresco, dan lagu-lagu Stambul Betawi. Sedangkan kostumnya memakai baju koko, topi baret dan syal yang menggantung di leher.Meskipun tidak setenar diawal abad kemunculannya, Keroncong Tugu kini tetap eksis dan masih dapat dinikmati. Bersama dengan 8 orang anggotanya, Samuel sesekali ditanggap di berbagai tempat di luar kampungnya. Saat ini di dalam komunitas Keroncong Tugu tidaklah selalu berisi keluarga saja, beberapa adalah kerabat jauh yang bahkan tanpa ikatan darah. Mereka ini sama sekali tidak menggantungkan nafkahnya dari pentas Keroncong, tetapi mencari nafkah utama dengan berbagai pekerjaan. Undangan pentas Keroncong hanya sebagai selingan. Di luar undangan pentas, kelompok ini melakukan latihan setiap hari selasa malam. Bagi masyarakat kampung Tugu sendiri, Keroncong sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Orang-orang yang melewati kampung Tugu bisa saja singgah untuk menumpang nyanyi atau menari ketika kelompok Keroncong ini sedang bermusik.
ASAL USUL KERONCONG
Musik Keroncong telah menjadi bagian dari budaya musik bangsa Indonesia. Di dalamnya terdapat karakteristik yang mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, menjadikan Musik Keroncong memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan musik lainnya. Walaupun Musik Keroncong telah dipandang sebagai budaya musik bangsa Indonesia, namun harus disadari bahwa dalam perjalanan sejarahnya, Keroncong merupakan salah satu musik yang terbentuk dari perpaduan antara unsur kebudayaan asing dengan kebudayaan bangsa Indonesia. Maka dapat dikatakan bahwa Musik Keroncong adalah salah satu musik hari akulturasi dua kebudayaan yang berbeda.
Langganan:
Postingan (Atom)